TVXQ FICTION
Kamis, 08 Oktober 2015
Pabo [Chapter 10]
Hayy hayy haaaayyy! I'm back...
Curhat dikit.
Setelah meski vakum nongol di blog hampir selama satu bulan, author tidak pernah berhenti menulis dan saat ini sedang menyiapkan FF selanjutnya. Sebelum itu, mari kita akhiri dulu FF PABO ini.
Seperti biasa, bagi kalian yang mau baca chapter akhirnya silakan kirim komentar mengenai FF ini ke email dcassiopeia@gmail.com setelah komentar kalian author baca, nanti author akan mengirim Chapter 10 dalam bentuk pdf.
Sekian.
Gomawo.
Kamis, 01 Oktober 2015
Pabo [Chapter 9]
Main Cast:
Kim Jaejoong (as girl), Jung Yunho,
Park Yoochun, Shim Changmin, Kim Junsu
Other Cast:
Lee Min Ho (as teacher), Go Ara (as Yunho’
girlfriend), Lee Sungmin (as president of class)
Cameo:
Yoo Eun Hye, Im Yoona, Jung Il Woo,
Lee Yeo Won
Genre:
Romance, School Life
Rating:
General
Author : Dian_mirotica
Kelas
XII-C, SMA Sungkyunkwan
Guru Lee
masuk dengan langkah tegap dan tatapan khasnya. Tidak ada seorangpun yang
menyangka bahwa dalam hati, guru matematika itu sedang bersiul. Ada kabar
gembira yang akan ia sampaikan hari ini.
“hasil tes
matematika minggu ini…” ia mengacungkan setumpuk kertas di tangan kirinya.
Semua siswa
mulai menahan nafas, terutama Jung Yunho.
“posisi
pertama, selamat Kim Jaejoong…” Guru Lee mengatakannya dengan tidak antusias,
itu sudah menjadi hal biasa, baginya, dan bagi teman-teman sekelasnya.
“posisi
terakhir... ia mengedarkan pandangannya lalu berhenti di Jung Yunho” suara
cekikikan mulai terdengar “selamat… Jung Yunho…”
Perut Yunho
mencelos, ia bisa merasakan kerja kerasnya selama ini sia-sia.
“animnida…”
lanjut Guru Lee diiringi senyuman manisnya. Kontan saja Shim Changmin dan Kim
Junsu menjadi pemicu riuh rendah tepuk tangan menyambut berita itu.
“tiga posisi
terakhir minggu ini, Shim Changmin, Kim Junsu, dan Cho Kyuhyun!!!”
Suara tepuk
tangan semakin riuh.
“sudah!
sudah!” guru Lee membenarkan letak kacamatanya “hm… ada berita mengejutkan
minggu ini, jadi… posisi terkahir minggu kemarin, Jung Yunho kali ini berhasil
masuk
limabelas besar”
Yunho
terperanjat.
“kau tidak
mencontek kan?” tanya Guru Lee yang
sebenarnya ia tahu itu tidak terjadi karena pengawasan ujian dilakukan olehnya
sendiri dengan sangat ketat. “chukahae…” lanjutnya.
Dan ucapan
selamat dari guru Lee itu terus meniang di telingan Yunho sampai akhir
pelajaran. Jika terus seperti ini, pada ujian semester dua minggu lagi ia
mungkin bisa meraih posisi sepuluh besar.
Kantin
SMA Sungkyunkwan, Sepulang Sekolah…
Yunho baru
sadar bahwa baru hari ini ia menunggu Kim Jaejoong. Biasanya yeoja itu sudah
duduk sambil membaca buku apa saja saat ia datang ke kantin sepulang sekolah.
Sebenarnya hari ini ia berencana ingin minta maaf pada Jaejoong, ia tidak
berani melakukannya di kelas atau jam istirahat, ia terlalu takut diejek oleh
teman-temannya.
Yunho
melirik arlojinya. Sudah lewat setengah jam.
“datang
tidak ya, dia?” gumamnya sambil melirik kea rah pintu masuk kantin. “mungkin
tidak datang ya…” ia lalu teringat ucapan Yoochun di Secret Garden.
Flashback
“apa-apaan
kau Park Yoochun??!!!” seru Jung Yunho murka, ia menahan tinjunya agar tidak
mengadakan serangan balik.
“kau…
hentikan permainan bodohmu itu sekarang juga!” wajah Yoochun memerah, nafasnya
terengah-engah. Pasti ia sangat marah saat ini.
Tapi kenapa?
Itu yang ada
di pikiran Yunho “jelaskan pelan-pelan, eoh? Aku tidak mengerti…”
Yoochun
tersenyum sinis “jelaskan? Oke, aku jelaskan pelan-pelan karena kau memang
lemot” ia menarik nafas lagi “jangan bermain-main lagi dengan Kim Jaejoong.
Dari awal ia sudah tahu kalau kau memanfaatkannya, tapi ia tetap mau
membantumu. Tadi siang, dia melihat dan mendengar semuanya yang kalian
bicarakan di belakang gedung olahraga, oke? Kau mengerti sekarang?” geramnya.
Flashback
end
Yunho
berdiri, ia rasa ia harus pergi ke tempat kerja Jaejoong atau mungkin mencari
rumahnya. Untuk apa? ia sendiri juga tidak tahu. Sejak ketahuan seperti itu ia
menjadi tidak leluasa menatap yeoja itu jadi ia selalu menghindar. Namun
semakin lama rasanya semakin menyesakkan, mungkin… ia harus memulainya dengan
kata maaf.
Namun ia
urung keluar dari kantin. Kim Jaejoong datang, yeoja itu berjalan ke arahnya.
“maaf, aku
terlambat” ucapnya, terdengar sangat menjaga jarak.
“emh, tak
apa” sahut Yunho pendek, ia mencoba menebak apakah Jaejoong sedang marah atau
berencana memukulnya, namun tidak ada tanda-tanda itu di wajahnya. Ia sangat
datar.
“pertama-tama,
selamat karena kau sudah masuk lima belas besar” mata itu menatap Yunho ragu,
jika tidak salah lihat, Yunho melihat genangan air mata di sana, namun beberapa
saat kemudian genangan itu sudah lenyap.
“itu semua
berkat kau”
Jaejoong
tidak merespon pujian itu “lalu… aku ingin bilang bahwa aku tidak bisa
membantumu lagi mulai sekarang”
Yunho nyaris
saja bertanya ‘kenapa’ namun diurungkannya “aku mengerti, semua orang akan
sibuk menyiapkan ujian semester kan?”
Jaejoong
juga tidak merespon pertanyaan itu, ia menunduk dalam, memandangi ujung
sepatunya. Sebenarnya bukan tidak ingin menjawab, namun tenggorokannya terasa
panas sekali, ia takut malah menangis saat mencoba bicara panjang lebar.
“Jung
Yunho…” kali ini Jaejoong berhasil menelan kuat-kuat keinginannya untuk
menangis, meski ia yakin itu hanya sementara waktu “aku ingin berterimakasih
padamu”
“atas?”
“kau pernah menolongku
dulu, mungkin kau tidak ingat. Aku baru saja pulang kerja dan beberapa orang
namja mengangguku”
Yunho
berusaha mengingat, ia bukan superhero yang sering melakukan tindakan heroik seperti
itu, jadi tentu saja ia ingat.
“jadi, itu
kau? Yeoja yang berjalan sendirian di jalan gelap?”
Jaejoong
mengangguk, tanpa senyuman “jadi alasanku membantumu belajar selama ini karena
aku ingin membalas kebaikanmu”
Yunho
mengangguk pelan, ia masih merasa terkejut pada ‘kebetulan’ yang ia alami. Lalu
otaknya terus mendesak ‘ayo… minta maaf!!!’
“jadi…”
lanjut Jaejoong “kau tidak perlu merasa bersalah”
“hm?” masih
saja ada bagian dirinya yang tidak ingin ketahuan.
“aku pulang
dulu” dan secepat kilat yeoja itu pergi meninggalkan kantin.
“tunggu!!”
ujar Yunho, namun ia tidak mengejar Jaejoong, ia membiarkan yeoja itu pergi.
Karena ia tidak akan berurusan lagi dengan Jaejoong, mungkin semua akan membaik
dengan sendirinya. Mungkin…
Tapi
ternyata tidak.
SMA
Sungkyunkwan, Satu hari setelah ujian semester selesai
Sejak
pertemuan terakhir di kantin siang itu, Yunho resmi masuk ke dalam blacklist
kehidupan Jaejoong. Yeoja itu berusaha melupakan perasaan yang sudah ia pendam
selama hampir tiga tahun dan bahkan sedang bermekaran belakangan ini. Ia tahu
ia bertindak bodoh karena mau saja dimanfaatkan oleh namja kurang ajar itu.
Tapi namanya cinta… bagaimana lagi? Sekarang fokusnya harus ia jaga. Ujian
semester telah usai dan ia harus mempersiapkan diri untuk masuk universitas agar
bisa mempertahankan beasiswa yang telah ia dapat.
Namun di
sisi lain, Jung Yunho kacau setengah mati. Setiap kali melihat soal-soal
matematika, pikirannya buyar. Ia tersisksa oleh rasa bersalah, ia ingin bertemu
dengan Kim Jaejoong namun gengsinya terlalu besar untuk melakukan hal itu. Ia
tidak tahu bagaimana nasib nilai matematikanya. Atau, lebih tepatnya ia tidak
peduli lagi… yang jelas ia harus menyelesaikan rasa bersalahnya ini sebelum
hari kelulusan tiba.
“Jung
Yunho!” panggil Guru Lee di ambang pintu kelas.
“ya Saem?”
yang dipanggil mendongak.
“ikut ke
ruanganku” katanya dengan wajah tidak bersahabat lalu pergi.
Yuno
menggeser tempat duduknya lalu sekilas melihat ke bangku Kim Jaejoong yang
sudah dua hari kosong, ia tidak ke sekolah sejak ujian semester berakhir. Ia
semakin sulit ditemui.
Ruang
Guru, SMA Sungkyunkwan
“ada apa
Saem?”
“nilai ujian
matematikamu memburuk lagi”
Yunho
menghela nafas, ia sudah tahu itu “maaf saem”
“tidak,
itu tidak penting lagi bagiku. Seseorang
tidak harus jago dalam semua hal” katanya.
Yunho cukup
senang dengan kata-kata itu “kau menghiburku Saem?”
Guru Lee
melirik di balik kacamatanya “anhi, hanya melakukan tugas sebagai wali kelas”
tukasnya “semoga kau siswa dengan matematika terburuk terakhir dalam sejarah
mengajarku”
Yunho
tersenyum “hanya itu, Saem?”
Guru Lee
menarik laci dan mengeluarkan sesuatu dari dalamnya, sebuah map “ini yang
sebenarnya ingin kusampaikan”
“apa ini?”
“buka saja”
katanya enggan repot menjelaskan.
Yunho
membaca sekilas lalu matanya melebar “beasiswa jurusan seni? Untukku Saem?”
Guru Lee mengangguk.
“aku tidak
pernah mengajukan beasiswa apapun”
“mungkin Kim
Jaejoong yang melakukannya”
“kenapa Kim
Jaejoong…?”
“dia yang
menitipkan itu padaku”
Yunho
terdiam, ia membaca kembali surat dalam berkas itu. Ia mendapat beasiswa
lantaran memiliki kemampuan khusus menari. Ia tidak tahu bagaimana Kim Jaejoong
melakukannya namun ia merasa itu hadiah yang luar biasa.
“Kim
Jaejoong bilang kau boleh membuangnya jika tidak mau?”
Sontak Yunho
memeluk berkas itu “tidak mungkin aku membuang kesempatan ini Saem”
“tapi, aku
tidak tahu kalau kalian berdua dekat…” selidik Guru Lee.
Yunho
tersenyum, “maaf Saem, aku rasa aku harus pergi” ujarnya kemudian mundur
perlahan meninggalkan ruang guru lalu berlari melesat melewati koridor.
TBC...
Kamis, 24 September 2015
Pabo [Chapter 8]
Main Cast:
Kim Jaejoong (as girl), Jung Yunho,
Park Yoochun, Shim Changmin, Kim Junsu
Other Cast:
Lee Min Ho (as teacher), Go Ara (as Yunho’
girlfriend), Lee Sungmin (as president of class)
Cameo:
Yoo Eun Hye, Im Yoona, Jung Il Woo,
Lee Yeo Won
Genre:
Romance, School Life
Rating:
General
Author : Dian_mirotica
Delicious
Burger Café, Sepulang sekolah
“kenapa kau mengajakku ke sini?” tanya Jaejoong heran, ia juga penasaran dengan ekspresi wajah Yunho sepanjang hari ini. Pagi tadi ia sangat bersemangat, namun sepulah sekolah ia terlihat lesu.
“ada yang ingin kurayakan”
“mwondae?”
Yunho mengaduk colanya dengan sedotan, ia tiba-tiba melihat mata Jaejoong “karena kau telah melepas kacamata norakmu, jhahahaa…” ia tertawa renyah. Jaejoong dongkol.
“mwoyaa~” memang benar, karena lensa yang diberikan Yoona kemarin bisa dipakai lagi dan terasa nyaman makanya ia meninggalkan kacamatanya. “tidak, bukan itu, alasan sebenarnya adalah karena Jung Yunho bilang ia lebih cantik tanpa kacamata. Aissssh”
“bercanda. Sebenarnya tadi pagi eomma diam-diam mengambalikan kartu kreditku. Kau tahu alasannya apa?”
Jaejoong tahu ia harus menggeleng.
“karena aku tertidur di meja belajar saat mengerjakan soal-soal matematika yang kau berikan!” katanya penuh antusias “adeul, akhirnya kau seperti pelajar… aku bangga padamu” ia memperagakan suara sampai gerak tangan eommanya.
Jaejoong tertawa “aku tidak tahu kau separah itu!” komentarnya di sela tawa.
“aku juga, aku tidak tahu bahwa aku separah itu” Jung Yunho menggeleng-gelengkan kepala, jelas ia melakukannya untuk melucu “jika aku sampai pintar sepertimu, kupikir appa akan langsung menyerahkan perusahaannya padaku” kelakarnya.
Jaejoong menyisakan senyuman kecil di ujung tawanya “aku iri…”
Yunho tertohok, ia tahu benar hal itu. Di satu sisi, ia anak Chaebol yang bodoh dan malasnya minta ampun diberi banyak kemudahan, namun di sisi lain anak rajin dan pintar harus berusaha mati-matian bekerja demi keluarganya.
“kau, sudah mengisi formulir masa depan?” Yunho mencoba mengalihkan pembicaraan.
Jaejoong mengangguk, “aku menerima tawaran beasiswa dari Universitas Seoul” katanya.
“sekarang, aku yang iri…” balas Yunho.
“kenapa?”
“aku belum tahu mau ke mana”
“tidak ke jurusan bisnis? Appamu bisnisman bukan?”
“yah… aku pasti di arahkan ke sana” ia mengedikkan kepala, tidak mau ambil pusing.
“kau punya hobi tertentu?”
“hobi?? Hm…” ia berpikir sejenak “saat aku berkumpul dengan Junsu dan Changmin, aku sering nge-dance”
“nge-dance? Kau?” Jaejoong tak menyangka.
“kau tidak percaya? Mau lihat?” ia kemudian turun dari kursi dan melakukan beberapa gerakan dance, tidak peduli seisi kafe memperhatikannya dengan tatapan aneh.
“bagaimana?”
“buruk! Idol kesukaanku bisa melakukan itu lebih baik!” Jaejoong mengerucutkan bibirnya.
“itu memang dance yang gampang. Mau kutunjukkan yang lebih bagus lagi?” ia terdengar
seperti pamer, bukan menawari.
Jaejoong menatap sekeliling, ia merasa risih, namun Yunho tidak “kalau begitu lakukan!” sahutnya dengan nada menantang, diam-diam ia menyalakan perekam video di ponselnya.
Yunho menggeser beberapa kursi dan membuat ruangan yang lebih luas untuk dirinya. Ia bersiap sejenak. Tanpa musik, ia mulai menggerak-gerakan bahunya, menaik turunkan tangan dan menggoyangkan kaki. Ia menari seolah ada musik dalam kepalanya. Sorotan orang-orang semakin terfokus, beberapa mencibir, namun kebanyakan terkagum-kagum atas aksinya.
Kakinya berhenti bergerak. Tariannya selesai.
Dan tepuk tangan membahana.
Rumah Kim Jaejoong
Kim Jaejoong baru saja selesai mandi, ia meraih ponsel dan duduk di depan meja belajar. Ia membuka sebuah video, lalu tersenyum.
“bakat sehebat ini bagaimana bisa bersembunyi dengan baik?”
Lalu, ia memikirkan sesuatu. Diliriknya jam dinding, pukul 00.00, ia menolerasi dirinya untuk terjaga satu jam lagi. Dinyalakannya laptop, dan beberapa saat kemudian ia telah meluncur di internet. Mencari sesuatu berkaitan dengan ‘beasiswa universitas jurusan seni’.
Beberapa hari kemudian, Gedung Olahraga SMA Sungkyunkwan
Kelas XII-C baru saja selesai mengikuti pelajaran olahraga. Tanpa komando, Yunho cs langsung berkumpul di belakang gedung yang agak sepi. Karena ini akhir minggu, jadi mereka biasanya menghabiskan waktu sampai jam istirahat selesai untuk merencanakan kegiatan mereka di hari minggu.
“bagaimana kalau kita ke villa keluargaku? Kudengar di sana banyak hantu. Ayo kita berburu hantu minggu ini” usul Junsu.
Yang lain tidak terlihat berminat, bahkan Changmin mengelus kepala anak itu “kau pikir kau bisa tahan melihat hantu, heh?”
“aku hanya usul, habis kita sudah lama sekali tidak berlibur. Aku kan bosan…”
Changmin menopang dagu dengan tangan kanannya, ia melirik pada Yunho yang tengah melamun “itu karena ketua kita sedang sibuk…” sindirnya.
“benar! Aku juga merasa dia sangat sering bersama yeoja culun itu”
“siapa yang kau maksud?” Yunho tersadar dari lamunannya.
“Jaejoong tentu saja, siapa lagi?”
“sekarang dia sudah tidak culun lagi, tahu!” Yunho tersenyum, baru saja wajah cantik Jaejoong terlintas di kepalanya.
Changmin dan Junsu sontak saling bertukar pandang “heol… lihat kan?” kata Changmin.
“jadi, sudah
ada rencana ke mana kita minggu ini?” tiba-tiba Go Ara muncul.
Changmin langsung menarik tangan gadis itu dan menyuruhnya duduk di depan Yunho “sini, duduklah. Ara-yah, coba kau perhatikan baik-baik namjachingumu ini, apakah ada yang berbeda dengan dia?”
Yunho jadi keheranan, ia benar-benar tidak tahu apa yang dicurigai Changmin.
Ara menurut
tanpa bertanya, ia memperhatikan baik-baik tiap inci wajah Yunho “ada!” ia
tersenyum lebar “dia semakin tampan…”
Changmin dan Yunho menghela nafas bersamaan.
“bukan itu!” protes Junsu kesal “baru saja aku lihat dia membicarakan Kim Jaejoong sambil tersenyum seperti ini…” ia menarik kedua ujung mulutnya tinggi-tinggi “ireohkae, lebar…”
“apa maksudmu? Aku? Tersenyum? Heh!” elak Yunho.
“benar, aku juga melihatnya” tambah Changmin “jangan bilang… kau suka padanya?” mata namja itu menyipit, memperhatikan kekagetan kecil yang terjadi pada wajah Yunho.
“an…anhi…” jawab Yunho gelagapan.
“lihat! Dia bahkan menjawabnya dengan gugup” Junsu menyudutkan.
Go Ara mulai terlihat marah “kau benar-benar suka pada gadis culun itu???” amuknya.
Beberapa meter dari sana, tepat di balik tembok, Jajoong berdiri terpaku. Kedua tangannya mengenggam erat smatrphone di layarnya masih terlihat bahwa ia baru saja membuka email dari kakak kelasnya yang ia mintai bantuan. Yunho mendapat tawaran beasiswa di
Universitas Seni Seoul berkat video yang dikirimkan oleh Jaejoong.
“tidak, tidak!! Tidak kubilang!!! Kalian pikir aku sudah tidak normal? Aisshhh” Yunho terus mengelak “kalian kan tahu, dia bukan tipeku. Bukan tipe siapapun… dia culun norak. Ah… apakah aku harus mengatakan pada kalian betapa noraknya yeoja itu?”
“buktikan kalau begitu!!” tantang Ara.
“mwo?” Yunho tidak mengerti.
“buktikan kalau kau memang masih normal”
Jaejoong mengeratkan genggaman tangannya “andwae Jaejoong, kau tidak boleh terluka seperti itu. Dari awal kan kau sudah tahu bagaimana ia memanfaatkanmu. Pergilah ke sana dan katakan keperluanmu. Sudah itu saja” Jaejoong memejamkan mata sejenak, lalu mengambil langkah keluar dari balik tembok. Dan…
Yunho diam sejenak, lalu ia melangkah mendekati Go Ara dan menciumnya.
Jaejoong menarik lagi tubuhnya ke belakang tembok. Sekarang ia tidak bisa menahan tangisnya. Satu-satunya hal ia bisa ia pikirkan saat ini adalah, pergi dari tempat itu sesegara mungkin.
Yoochun sedang menghabiskan waktu istirahatnya dengan buku sketsa di gedung lantai tiga yang berseberangan dengan gedung olahraga. Ia melihat semua kejadian itu dari kejauhan.
Sepulang Sekolah, Secret Garden
“wae?” tanya Yunho setelah melihat punggung Yoochun. Ia disuruh oleh namja itu datang ke tempat sepi ini, katanya ada sesuatu yang harus ia bicarakan.
Yoochun membalikan tubuh lalu..
BUUkkKK!!!
Ia meninju wajah Jung Yunho.
TBC...
~~~
TINGGALKAN KOMENTAR KALIAN SEBAGAI BALASAN ATAS KERJA KERAS AUTHOR
~~~
Pabo [Chapter 7]
Main Cast:
Kim Jaejoong (as girl), Jung Yunho,
Park Yoochun, Shim Changmin, Kim Junsu
Other Cast:
Lee Min Ho (as teacher), Go Ara (as Yunho’
girlfriend), Lee Sungmin (as president of class)
Cameo:
Yoo Eun Hye, Im Yoona, Jung Il Woo,
Lee Yeo Won
Genre:
Romance, School Life
Rating:
General
Author : Dian_mirotica
Di
dalam taksi…
Tidak ada
sepatah katapun yang terucap sejak keduanya masuk ke dalam taksi. Jaejoong
menatap ke luar jendela di sebelahnya, sementara Yunho memandangi buku-buku
jarinya, terkadang berusaha mencuri pandang ke arah Jaejoong.
“aku tidak
menyangka Kim Jaejoong bisa seperti itu” akhrinya Yunho yang tidak tahan dengan
suasana sepi itu, memulai obrolan.
“seperti
apa?” sahut Kim Jaejoong tanpa mengalihkan tatapannya dari jendela. Suaranya
terdengar lelah.
“kau… berbeda
saja dengan Kim Jaejoong yang biasa kukenal di sekolah”
“bukankah
kau bilang sebanyak apapun make up yang ditumpahkan ke wajahku aku tetap si
culun…” suara lelah itu semakin terdengar jelas.
“sebenarnya,
kau… cukup cantik” Yunho menelan ludah, berharap detik itu kembali dan ia tidak
akan mengatakannya “apalagi tanpa kacamata aneh itu, hehehe…” tapi mulutnya
malah menambahkan lagi.
Dheg!
Jaejoong
diam, setelah itu hanya terdengar suara helaan nafas berat. Kemudian ia
mencondongkan tubuhnya ke arah jendela dan meletakan tasnya di bawah kepala.
Diam-diam ia menggigit bibir bawahnya pelan, menahan suatu perasaan yang
meledak-ledak dalam hatinya.
“sadarlah
Kim Jaejoong, jangan berharap lebih. Kau tahu siapa dia. Kau tahu bagaimana dia
memanfaatkanmu. Jangan tertipu, jangan, chebal…” ia pun memejamkan mata dan tertidur,
hari ini ia lelah sekali. Untuk pertama kalinya dalam seumur hidup ia menjadi
sorotan di atas panggung, hanya untuk berusaha tampil memukau di depan Jung
Yunho. Sebuah pemikiran yang lantas dimaki-maki oleh dirinya sendiri.
Di
Jalan Kyungsan
Taksi yang
ditumpangi Jaejoong dan Yunho berhenti di pinggir jalan. Tadi Jaejoong bilang
untuk berhenti di depan toko buku yang berada di jalan Kyungsan ini.
“hei… yah…
oi… Kim Jaejoong…” Yunho menggoyang-goyangkan lengan Jaejoong, berusaha
membangunkannya. Namun suara sepelan itu tidak membuat Jaejoong terbangun,
nampaknya ia tertidur dengan cukup pulas.
Yunho
mendekat, dilihatnya wajah yang tertidur itu dan perasaan tidak tega
menghampirinya “Jaejoong-ah, kita sudah sampai” bisiknya dengan suara agak
keras. Wajahnya berada tepat di depan wajah Jaejoong.
“hmmm?” ia
menggeliat. Yunho menjauh, nafasnya tiba-tiba menjadi tidak beraturan. “sudah
sampai?” ia mengucek mata dan merapikan rambutnya sekilas.
“eoh, sudah
sampai, di mana rumahmu?”
“ahjussi,
berapa biaya taksinya?” alih-alih menjawab pertanyaan Yunho, ia malah menengok
ke arah mesin tarif.
“ei,
sudahlah, aku saja yang bayar!” Yunho mendorong bahu Jaejoong. “ayo kita
keluar!”
“kau
langsung pulang saja dengan taksi ini”
“tidak! Akan
kuantar sampai rumah” Yunho bersikeras, entah kenapa sekarang tidak ada lagi
suara-suara penentangan dalam kepalanya.
“rumahku
tidak di sini” Jaejoong bersiap turun, ia menunjuk toko buku di samping taksi
“aku harus kerja”
Sepercik
rasa marah meledak di hati Yunho “Kau ini kelelahan!! Apa tidak bisa izin dulu
sehari? Memang berapa sih gajimu kerja di sini?” nada cemas terdengar kentara
dalam suaranya.
Jaejoong
memutuskan untuk tidak peduli, ia membuka pintu dan turun dari taksi. Sebelum
pergi ia membungkukan badan agar bisa melihat Yunho “aku sudah tidur barusan, jadi
sudah tidak lelah. Dan aku tidak bisa izin, aku sangat membutuhkan pekerjaan
ini, soal gaji… untuk apa kau menanyakannya? Kau mau kerja di sini juga?”
Yunho sadar
dirinya terlalu bersikap khawatir “sudahlah. Kalau begitu aku pergi duluan”
sekarang ia terdengar kesal.
“geurae,
gomawo… sampai jumpa besok!”
Brug! Pintu
taksi ditutup dari luar.
Di
Rumah Jung Yunho
Yunho
menatap langit-langit kamar sementara pikirannya melayang pada sesosok orang.
Sudah lebih dari jam 00.00 namun matanya sama sekali tidak ingin terpejam,
padahal hari ini ia cukup sibuk dan tubuhnya letih, karena membantu seseorang.
“geu yeoja
mwoya??” ia menggumam kesal, menepis lagi bayangan Jaejoong saat di atas
catwalk tadi, untuk yang kesekian kalinya. “kerja paruh waktu? Chh! Apa
hebatnya!!” lalu bayangan saat Jaejoong turun dari taksi, suaranya saat ia
mengatakan harus kerja di toko buku itu.
“kau dalam
masalah Jung Yunho, kenapa memikirkan yeoja itu terus???” ia menegacak rambut
geram. Diliriknya kembali jam dinding, ia semakin kesal karena susah tidur.
Akhirnya ia bangkit dari tempat tidur dan membuka tas sekolah, mengeluarkan
buku dan lembar soal matematika. Beberapa menit kemudian ia sudah tenggelam
mengerjakan soal-soal itu.
TBC...
~~~
Hi, I'm back!!! Gimana ceritanya? mainstream banget ya?? ^ ^
Jangan lupa tinggalkan komentar kalian YA!
Love u
dian_mirotica
~~~
Hi, I'm back!!! Gimana ceritanya? mainstream banget ya?? ^ ^
Jangan lupa tinggalkan komentar kalian YA!
Love u
dian_mirotica
~~~
Kamis, 17 September 2015
Pabo [Chapter 6]
Main Cast:
Kim Jaejoong (as girl), Jung Yunho,
Park Yoochun, Shim Changmin, Kim Junsu
Other Cast:
Lee Min Ho (as teacher), Go Ara (as Yunho’
girlfriend), Lee Sungmin (as president of class)
Cameo:
Yoo Eun Hye, Im Yoona, Jung Il Woo,
Lee Yeo Won
Genre:
Romance, School Life
Rating:
General
Author : Dian_mirotica
Sowon Show Center, gedung perlombaan peragaan busana
Yunho duduk
di depan ruang makeup. Ia mengacak-acak rambutnya sendiri dan tiba-tiba saja
merasa bodoh karena mengikuti permintaan Park Yoochun untuk mengantar Jaejoong
ke tempat ini.
“aku
harus ke rumah dulu untuk mengambil satu baju lagi. Kau antarkan Kim Jaejoong
sampai SSC” ia memberi intruksi pada Yunho. “Di sana ada Im Yoona yang akan
menjemputmu di pintu masuk gedung, kau pernah bertemu dengannya kan?” kali ini
pada Jaejoong. Jaejoong mengangguk. “oh ya! Setelah mengantar, kau jangan ke
mana-mana!” telunjuknya mengarah ke dada Yunho “tunggu sampai Jaejoong selesai,
setelah itu kau antarkan dia pulang. Aku akan sedikit sibuk di sana” katanya
lalu menepuk-nepuk pundak Yunho dan menyerahkan kunci mobil padanya. Ia sendiri
berlari dan mencegat taksi.
“cih! Dia
pikir aku temannya apa?” dumel Yunho. Satu-satunya hiburan yang ia miliki di
sini hanya karena banyak gadis-gadis cantik berlalu lalang dengan pakaian
minim.
Yunho bersiul
pada salah seorang gadis dan langsung ada yang menoyor kepalanya dari samping
“dasar playboy!” Yoochun berdiri sambil membawa sebuah baju yang dibungkus
plastik.
“eeiissh…”
Yunho kesal diperlakukan lagi seenaknya oleh Yoochun.
Yoochun
malah tersenyum “ya! Gomapta”
“lupakan
saja! aku tidak berniat membantumu sama sekali”
“jelas-jelas
kau sudah mengantarkan modelku ke sini, tidak membantu bagaimana?”
“ya, Park
Yoochun, kurasa seleramu sangat rendah. Kenapa kau tidak meminta nona perias
itu saja yang menjadi modelmu” nona perias yang ia maksud adalah Im Yoona “Kim
Jaejoong akan mengacaukan segalanya! Berjalan saja kaku seperti robot.”
Yoochun
mendecak sebal “dia tidak sesaku yang kau pikir, bodoh” setelah mengatakan itu
Yoochun masuk ke ruang make up.
Yunho yang
bosan lalu mengekor Yoochun dan masuk ke dalam, Jaejoong telah selesai dirias
dan memakai gaun terusan yang sangat indah. Memang, tubuhnya tidak terlalu
tinggi jika dibandingan dengan model lain, tapi, bahkan di mata Yunho, dia
sangat menawan. Pas. Proporsional.
“wwhhaa, ige
nuguya?” puji Yoochun sambil menatap Jaejoong lewat cermin.
Jaejoong
tersenyum kaku “bagaimana ini Yoochun-ah, sepertinya aku akan mengacaukan acara
ini”
“jangan
berpikir begitu, lakukan saja seolah tidak ada siapapun di luar sana” nasihat
Yoochun sambil memegang bahu sahabatnya itu. Namun rasanya Yunho keberatan
Yoochun melakukan itu pada Jaejoong.
Matanya
tidak berhenti menatap bagian bahu Jaejoong yang terbuka. Ingin rasanya ia
menarik tangan Yoochun dan memperingatkannya “jangan sentuh yeoja ini!”. Tapi sebelum
itu terjadi, suara lain sudah terlebih dahulu memberi peringatan “KAU GILA JUNG
YUNHO?
APA-APAAN SUARA JANTUNGMU ITU???”
Dhug! Dhug!
Dhug!
“dia
cantik sekali…”
“KAU
GILA!!!”
“permisi
haksaeng! Bisa kau minggir?” tahu-tahu Yoona sedang memintanya untuk minggir
karena ruang tengah akan dijadikan tempat untuk Jaejoong berlatih berjalan di
catwalk.
Jaejoong
sudah berdiri, ia mengenakan terusan yang panjangnya sampai lutut. Salahsatu
bahunya terbuka dan bahu satunya lagi tertutup sampai beberapa senti di atas
siku. Gaun berwarna krem itu membentuk lekukan tubuh dan memiliki rempel-rempel
unik di sekitar perut. Rambut Jaejoong sendiri ditata sedemikian rupa hingga
membentuk gelungan acak, beberapa helai rambutnya jatuh di bahu, kacamata
pantat-botolnya menghilang, ia memakan lensa berwarna cokelat terang, wajahnya
di make up dengan sederhana. Bibirnya dipoles dengan lipstick waran pink yang
menawan.
Yunho mundur
dengan gerakan gelagapan, membuat Yoochun memperhatikan itu “kau kenapa?
Terpesona?” godanya dengan suara lantang.
Yunho
tertawa hambar “heh, enak saja! sekali culun tetap culun! Mau sebanyak apapun
make up ditumpahkan ke wajahnya dia tetap si kutu buku. Terpesona apanya?!”
ceroscos Yunho “Sudahlah, aku menunggu di kursi penonton saja, menontonmu
sungguh membosankan!” ia melempar tatapan merendahkan pada Jaejoong sebelum
akhirnya keluar ruangan.
“cih!!
Dasar!” maki Yoochun “sudah, jangan dipikirkan” ia menepuk halus punggung
Jaejoong.
“oke, kita
mulai latihannya!” Yoona memberikan isyarat dengan tepukan tangan “Jaejoong,
kau mulai dari ujung sana, lalu letakan tanganmu di pinggang seperti ini, yaa…
ya, seperti itu. Lalu senyum! Lebih alami lagi, terus… tidak, bukan seperti
itu… lihat dirimu di cermin…” Yoona terus memberi pengarahan sementara Jaejoong
mengikuti dengan patuh.
Di luar
ruangan…
Yunho
menyandarkan punggungnya di pintu, telapak tangan kananya ditekankan ke dadanya
yang bidang, meminta jantungnya untuk tenang.
Kursi
Penonton, 30 menit setelah acara dimulai…
Seorang pembawa
acara di belakang panggung menceritakan profil singkat Park Yoochun sebagai
perancang busana yang termasuk paling muda dalam kompetisi, dan menyebutkan
penghargaan-penghargaan lainnnya yang pernah diraih Yoochun dalam bidang
fashion.
Lalu, tujuh
orang model memasuki panggung di ujung catwalk. Tatapan Yunho langsung terarah
pada Kim Jaejoong, ia mengambil posisi paling tengah dan tubuhnya paling pendek
diantara model yang lain. Di matanya Jaejoong berdiri dengan cukup canggung,
high heels yang terpasang di kakinya jelas membuat ia tidak nyaman. Namun yang
mengagumkan adalah senyumnya, ia belum pernah melihat Jaejoong tersenyum dengan
penuh percaya diri seperti itu.
Musik disco
mulai mengalun, satu persatu model berjalan di catwalk, berhenti untuk
memamerkan busana yang ia pakai, berputar, lalu berhenti sebentar lagi,
berbalik, dan kembali ke belakang.
Saat giliran
Jaejoong tiba, entah kenapa Yunho merasa sesak, ia takut terjadi sesuatu yang
memalukan di atas sana. Matanya terus mengikuti setiap langkah Jaejoong,
tangannya terpaut, tanpa sadar ia berdo’a agar Jaejoong bisa melewatinya dengan
sukses.
“come on,
kau bisa Kim Jaejoong…” suara
aneh lagi di kepalanya. Namun kali ini tidak ada suara keberatan yang
menentang.
Do’anya
terkabul. Dengan ajaibnya Jaejoong sukses terihat seperti model sungguhan,
orang asing pasti tidak ada yang tahu bahwa di sekolah ia adalah ratu culun
yang berjalan seperti zombie dan bahunya selalu mengerut ke dalam. Yunho
terbawa suasana, ia bertepuk tangan bersama penonton lainnya, bukan sekedar
tepuk tangan, ia memberikan standing applause, bahkan mengacungkan kedua
jempolnya ke arah Kim Jaejoong.
Ketujuh
model dan Park Yoochun sebagai perancang berjalan bersamaan di atas catwalk
untuk sesi terakhir dari pertunjukkan mereka. Yoochun mengenggam tangan Jaejoong,
itu yang menjadi sorotan Yunho, suasana hatinya mendadak mendung, ia pun segera
keluar dari ruangan.
Di
Luar Ruangan Fashion Show
Tim Park
Yoochun berpelukan sambil membentuk lingkaran, mereka berjingkrak-jingkrak kegirangan
sambil tertawa lepas. Pertunjukan berjalan mulus, itu yang mereka rayakan saat
ini. Dalam jarak beberapa meter Yunho mencibir aksi selebrasi itu meski dalam
hati ia turut senang.
“hey JUNG!”
panggil Yoochun sambil melambai-lambai “kemarilah!” katanya mengajak bergabung
dalam lingkaran.
Yunho
menolak mentah-mentah ajakan itu, ia mengacungkan telapak tangannya “dwaesso!
Cepatlah, aku ingin segera pulang” keluhnya.
Yoochun
meninggalkan lingkaran itu dan menghampiri Yunho “gomawo, kalau bukan karena
bantuanmu, showku bisa saja berantakan”
“aaah, sudah
jangan bilang begitu. Membuatku merinding tahu!!!” tolak Yunho.
Jaejoong
ikut mendekat “apa aku sudah boleh pulang sekarang?” ia minta izin Yoochun.
Namja itu
mengangguk “iya, pulanglah sana. Tapi maaf aku tidak bisa mengantarmu, terpaksa
kau bersama si Jung dulu ya”
“padahal aku
bisa pulang sendiri…” kata Jaejoong merasa tidak enak pada Yunho.
Yunho
bergeming “kenapa kau tidak bilang dari tadi! Aku sudah menunggumu sampai hari
gelap begini. Sudahlah, tanggung, aku antar saja” ujar Yunho yang merasa aneh
dengan suaranya sendiri, “aku tidak terdengar seperti orang yang memaksa
pulang bareng kan?” evaluasinya dalam hati.
“kalau
begitu aku ganti baju dulu” Jaejoong berbalik.
Namun
Yoochun menahannya “tidak usah, kau pakai saja baju itu. hadiah dariku”
“Ya!”
Jaejoong terkejut “ini kan sangat mahal… lagipula ini rancanganmu, mana boleh
diberikan sembarangan”
“aku tidak
memberikannya sembarangan, itu untuk penyelamatku hari ini. Gomawo Kim
Jaejoong…” Yoochun tersenyum penuh terima kasih.
Yunho
mendecak sebal.
TBC...
~~~
Hay reader, Author tidak bosan-bosannya untuk meminta komentar kalian yang sudah baca FF ini. Kritik juga boleh.
dian_mirotica
~~~
Kamis, 10 September 2015
Pabo [Chapter 5]
Main Cast:
Kim Jaejoong (as girl), Jung Yunho,
Park Yoochun, Shim Changmin, Kim Junsu
Other Cast:
Lee Min Ho (as teacher), Go Ara (as Yunho’
girlfriend), Lee Sungmin (as president of class)
Cameo:
Yoo Eun Hye, Im Yoona, Jung Il Woo,
Lee Yeo Won
Genre:
Romance, School Life
Rating:
General
Author : Dian_mirotica
Jung
Yunho POV
Kau percaya karma?
Aku percaya! Karena aku sedang mengalaminya saat ini. Awalnya aku berniat memanfaatkan si yeoja culun Kim Jaejoong untuk membuat nilai ulangan matematikaku naik, tapi sepertinya semakin hari malah aku yang dikerjai oleh dia.
Dia bukan Kim Jaejoong yang biasa kulihat di kelas dengan gerakan kakunya. Dia berubah menjadi Guru Lee versi wanita!! Galak, liar, dan tanpa ampun. Di tangan kanannya selalu tersedia tongkat pemukul dari besi yang entah dia dapatkan dari mana. Setiap kali aku lengah ia akan memukulkan tongkat itu ke lenganku, kepalaku, punggungku, bahkan pantatku. Aku tidak mengerti apa yang terjadi padanya…
“soal ini baru kuajarkan beberapa menit yang lalu! Masa kau tidak ingat??? Took tok tok!!!” cecarnya seraya mengetukkan tongkat besi itu ke meja.
Aku menelan ludah, melirik ‘anjing’ penjaga yang membuatku semakin tidak bisa berkutik dalam keadaan ini, dia adalah Park Yoochun. Namja itu selalu hadir dalam sesi belajar bersama kami, duduk sambil mengangkat kakinya ke meja dan menggambar sesuatu di buku sketsanya.
“aku sungguh lupa… Jaejoong-ah…” dengar? Sekarang suaraku memelas pada si culun ini.
Jaejoong duduk di depanku setelah mendengus kesal. Ditariknya buku catatanku, lalu ia membuka sebuah halaman “lihat baik-baik! Aku bahkan mencatat materinya di buku tulismu” ia mengangkat buku itu dan menyodorkannya ke hadapan wajahku.
“baca ini dulu lalu selesaikan soalnya. Kau tidak boleh pulang sebelum soal ini selesai” tegasnya dengan wajah teramat serius.
“HAH? Tapi… a…akuu…” kau juga dengar? Suaraku menjadi gugup menghadapi kegalakan yeoja aneh ini.
“atau…” suaranya mendesis, seperti bersiap mengancamku “akan kulaporkan pada Guru Lee bahwa peermu minggu lalu aku yang mengerjakannya!”
“heeeei…” aku berusaha tertawa “kalau kau melakukan itu kau juga bisa berada dalam masalah”
“tidak apa-apa bagiku” saat mengucapkan itu aku tahu Jaejoong tidak beromong kosong.
Aku
menyerah, kuamati catatan yang dibuat yeoja ini tentang materi Persamaan dan
Pertidaksamaan. Tulisan tangannya rapi dan sejujurnya bisa kumengerti dengan
mudah kalau aku tidak sedang dalam keadaan stress begini. Kutenggelamkan diriku
dalam soal-soal sialan itu, lalu tanpa kusadari waktu berlalu begitu saja.
“selesai…” aku menghembuskan nafas, lega sekaligus tidak percaya. Aku bisa menyelesaikan satu soal persamaan selama kurang dari satu jam! Tepatnya sekitar 57 menit. Oke, aku tahu itu bukan prestasi.
Kuedarkan pandanganku, dan hanya kudapati Park Yoochun di sana. Posisinya sudah berubah, buku sketsanya tidak ada, ia sedang mendengarkan MP3.
“mana Jaejoong?” tanyaku seraya mendekat.
“kau udah selesai?” ia malah bertanya balik.
Aku memperlihatkan hasil kerjaku.
“Jaejoong harus kerja sambilan, jadi tugas ini biar aku yang periksa!” katanya sambil merebut buku catatanku dengan gerakan kasar.
Jaejoong POV
Sejak malam itu, aku menceritakan semuanya pada Yoochun tentang rencana Yunho mengerjaiku. Awalnya ia marah dan bilang akan menghajar Yunho keesokan harinya, namun kucegah hal itu. Aku justru meminta bantuannya untuk menangani namja kasar bodoh ini.
Dua minggu berlalu, seperti biasa aku mengajar Yunho sepulang sekolah. Biasanya ia tidak bisa membolos karena selalu ada Yoochun di sampingku. Namun hari ini Yoochun pergi ke acara lomba fashion shownya, jadi aku sedikit cemas, takut tidak bisa menangani namja ini.
“caa… minggu ini adalah penentuan pertamamu Jung Yunho” kataku sambil menunjukkan selembar kertas.
“apa ini?”
“daftar materi yang akan muncul di ulangan minggu depan”
“sebanyak ini?”
Bltraaak!! Kupukul kepalanya dengan gulungan kertas, entah sejak kapan aku mulai terbiasa melakukan itu “banyak dari mana? Itu hanya setengah dari materi kita semester
ini!” kataku galak.
“aku tidak bisa…” ia menyodorkan balik kertas itu.
Aku mengernyit, aku sudah duga ia akan bertindak pesimistis seperti itu “kenapa? Kau bilang kau mau nilai matematikamu naik? Kau bahkan meminta bantuanku untuk mengajarimu, lalu kenapa sikapmu begini?” aku marah betulan.
Yunho melongo, mungkin baru mendengar aku marah dalam kalimat sepanjang itu, atau mungkin kaget karena mataku berair “aku… aku hanya bercanda, tidak usah serius begitu…” ia tersenyum canggung dan mengambil kembali kertas yang kuberikan.
Aku mengusap mataku sekilas “ayo kita mulai…!”
Tanpa perlu disuruh-suruh atau dibujuk-bujuk lagi, Yunho membuka buku latihannya dan mengerjalan soal yang ku print out. Ia tidak lagi banyak bicara seperti awal-awal pertemuan. Melihatnya, aku malah menjadi gugup, rupanya perasaan itu belum hilang sama sekali bahkan setelah aku tahu dia memanfaatkanku.
“Jaejoong-ah…” ia memanggilku tanpa mengalihkan tatapan dari buku soal. Keningnya mengerut, tanda sedang berpikir keras.
“wae?” jawabku terdengar se-tidak acuh mungkin.
“sini, pallli” tangannya melambai-lambai jenaka “aku tidak mengerti soal yang ini”
Yoochun POV
Aku masih berada di sekitar sekolah, baru saja parterku, Im Yoona, memberitahu bahwa salahsatu model yang akan menggunakan rancangan bajuku mendadak masuk rumah sakit. Ia tidak bisa tampil hari ini jadi aku diminta mencari model pengganti. Acarnya akan dimulai satu jam lagi, tidak ada waktu! Belum lagi aku harus membawa satu baju lagi yang masih ada di rumah.
Tiba-tiba saja sebuah ide terlintas di kepalaku. Tanpa membuang waktu lagi aku segera berlari menuju kantin.
“Jaejoong-ah…” panggilku dengan nafas tersengal. Ia yang sedang mengajarkan sesuatu kepada murid bodohnya itu langsung menoleh dan terlihat kaget melihat keadaanku.
“kau masih di sini?”
“aku butuh bantuanmu”
“wae? Katakanlah…” ia terlihat ikut panik.
“aku butuh model, tolong jadi modelku hari ini”
“haahahaaa…” dengan tak sopannya si Jung Yunho tertawa keras-keras sambil menunjuk-nunjuk Jaejoong “dia? Jadi model? Kau ingin kalah dalam kompetisimu hah?”
Kulihat Jaejoong menggertakan gigi, menahan kesal “memang kenapa dengan modelmu
yang kemarin?”
“dia sakit, sudahlah, kau bisa kan? Hari ini sangat penting bagiku Jaejoong-ah. Kau mau kan?”
Jaejoong terlihat ragu saat menganggukan kepalanya “akan kucoba”
“ayo pergi” kataku sambil meraih tangannya yang selesai membereskan buku, namun sesaat kemudian langkahku tertahan. Aku masih butuh tenaga lain “hey, Jung Yunho, kau bisa mengendarai mobil kan?”
“bisa, menangnya kenap—“
“oke, kau
juga ikut!” kataku otoriter.
TBC...
~~~
Annyeong!!! Apa kabar kalian yang masih setia atau mungkib baru baca FF di blog ini? Semoga kalian sehat selalu. Amiin. Gimana FF nya? enak nggak? Haha, jangan lupa koment ya, kalo nggak punya akun gmail kalian juga bisa komen dengan login di facebook. Aku tunggu komentar-komentar atau kritik kalian ^ ^
Dian_mirotica
~~~
Langganan:
Postingan (Atom)